DEFINISI
QUNUT NAZILAH
Qunut secara
istilahnya adalah seperti yang dikatakan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani
-- rahimahullah:
"Suatu
doa di dalam shalat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri." (Fathul Bari 2/490.)
Dan Nazilah
artinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk
gempa, banjir, peperangan, penganiayaan dan sebagainya.
Dari Ibnu
Abbas, Rasulullah bersabda:
“Rasulullah
SAW melakukan qunut selama sebulan berturut-turut di waktu zhuhur, ashar,
maghrib, ‘isya dan subuh, di akhir waktu setiap shalat setelah beliau membaca
sami’allahu liman hamidah pada rakaat terakhir untuk mendoakan keburukan bagi
Bani Sulaim, Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushayyah. Lalu makmum di belakang
mengaminkannya.” (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam
Shahih Sunan Abu Daud 1443 dan Irwaul Ghalil 2/163)
Hadits di
atas memberikan pelajaran penting bagi kaum Muslimin sebagai berikut:
PERTAMA,
Disyariatkannya
melakukan qunut nazilah untuk mendoakan keburukan bagi orang kafir dan
mendoakan kebaikan bagi kaum Muslimin.
Dari Anas
bin Malik:
- “Sesungguhnya Nabi SAW tidaklah berqunut melainkan jika beliau mendoakan kebaikan suatu kaum dan mendokan kejelekan atas suatu kaum.” (HR. Ibnu Khuzaimah oleh Syaikh Al-Albani dalam silsilah Ahaaditsish Shahihah no. 639)
KEDUA:
Doa tersebut
dilakukan dalam seluruh shalat wajib dengan berjamaah dan bukan dalam shalat
sunnah atau shalat wajib yang dikerjakan sendiri-sendiri (munfarid)
Rasulullah
paling sering melakukan qunut nazilah itu pada waktu subuh.
Ibnu
Al-Qayyim berkata:
- “Petunjuk Nabi di dalam melakukan qunut adalah mengamalkannya ketika ditimpa bencana secara khusus dan meninggalkannya ketika bencana sudah tidak ada. Beliau tidak mengkhususkan hanya di waktu subuh, namun waktu yang paling sering yang beliau lakukan adalah di waktu subuh.” (Zadul Ma’ad: 1/273)
Tidak ada dalil shahih yang menunjukkan
bahwa qunut nazilah pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya pada
shalat munfarid atau shalat sunnah.... Wallahu A’lam
KETIGA:
Menunjukkan
masa pengamalan do’a qunut nazilah tersebut, yakni selama sebulan
berturut-turut.
Ibnu
Al-Qayyim berkata:
- “Sesungguhnya qunut dilaksanakan ketika tertimpa musibah untuk mendo’akan (keselamatan) bagi kaum muslimin dan mendo’akan (kehancuran) bagi musuh-musuh mereka. Kemudian Nabi meninggalkan do’a qunut setelah kaum muslimin mendapatkan keselamatan dan terbebas dari keburukan.” (Zadul Ma’ad: 1/272)
KEEMPAT:
Menunjukkan
tata cara dalam melakukan do’a qunut nazilah. Cara ini lebih sering dilakukan
oleh Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin.
Dan boleh
membaca do’a qunut sebelum ruku’di rakaat terakhir, berdasarkan hadits berikut:
- “Bahwasanya Nabi SAW pernah berqunut sebelum ruku.” (HR. An-Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah dan lain-lain dari Ubay bin Ka’ab dan dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 426)
Ketika
membaca do’a qunut Rasulullah SAW mencontohkan dengan mengangkat kedua belah
tangan berdasarkan keterangan berikut:
Dari Anas
bin Malik (ra), beliau berkata:
- “ .... Aku melihat Rasulullah SAW shalat subuh mengangkat kedua tangannya dan mendo’akan keburukan bagi mereka (kaum kafir).” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil jilid 2 hal 181)
Dari Abu
Rafi’, dia berkata:
- “Aku pernah shalat di belakang Umar bin Khaththab dan beliau membaca qunut setelah ruku’ sembari mengangkat kedua tangannya dan mengeraskan bacaan do’anya.” (HR. Al-Baihaqi dalam sunannya 2/408 no. 3275)
Tidak
ada satupun hadits shahih yang menjelaskan disyariatkannya mengusap wajah
setelah berdo’a, baik berdo’a biasa atau do’a qunut.
Ibnu
Taimiyyah berkata:
- “Adapun mengusap wajah dengan kedua tangan, maka tidak ada dalilnya kecuali satu atau dua hadits yang tidak dapat dijadikan Hujjah.” (Majmu’ Al-Fatawa 22/519)
KELIMA:
Boleh
menyebut nama kaum yang dido’akan kejelekkannya. Begitu pula boleh menyebut
nama atau kaum yang akan dido’akan kebaikan, seperti dalam hadits berikut:
- “Bahwasanya Rasulullah SAW jika hendak mendo’akan keburukan atau kebaikan bagi seseorang, beliau berqunut setelah ruku’, seringkali beliau mengucapkan setelah ucapan sami’allahu liman hamidah: Rabb kami, segala pujian hanyalah milik-Mu. Ya Allah selamatkanlah Khalid bin Walid, Salamah bin Hisyam dan Ayyash bin Abi Rabi’ah. Ya Allah keraskanlah azab-Mu kepada Bani Mudhar..!! Ya Allah turunkanlah paceklik kepada mereka sebagaimana paceklik pada zaman Yusuf! Seraya mengeraskan bacaannya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
HUKUM QUNUT
NAZILAH
Qunut
nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi
musibah. Sunnah qunut nazilah ini merupakan pendapat para ulama dari madzhab
Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi'iyyah, Hanbaliyyah dan lain-lainnya.
Imam Syafi'i
– rahimahullah -- berkata:
- "Apabila turun musibah kepada kaum muslimin disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh shalat wajib." (Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279).
Imam
Ahmad bin Hanbal – rahimahullah -- berkata:
- "Apabila turun bencana kepada kaum muslimin, hendaknya imam melakukan qunut dan diaminkan oleh orang yang di belakangnya." (Al-Mughni 1/450).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah -- rahimahullah -- berkata:
- "Di kalangan ulama ada tiga pendapat tentang qunut. Yang paling benar dari tiga pendapat tersebut, qunut disunnahkan ketika ada keperluan." (Taudhih Al-Ahkam).
Pendapat-pendapat
di atas tentunya berlandaskan hadits-hadits yang shahih mutawatir, seperti hadits
Anas bin Malik (ra) riwayat Bukhari-Muslim yang menjelaskan pelaksanaan qunut
nazilah oleh Rasulullah SAW selama sebulan pada peristiwa pembunuhan 60 sahabat
penghafal Al-Quran, juga hadits Abu Hurairah (ra) riwayat Bukhari-Muslim.
LAMANYA
QUNUT NAZILAH
Dalam hadits Anas bin Malik riwayat
Bukhari-Muslim, juga hadits Ibnu Abbas riwayat Abu Dawud dengan sanad hasan dan
lain-lainnya, menunjukkan bahwa Nabi SAW pada peristiwa pembunuhan 60 sahabat
penghafal Al-Quran, baginda berqunut selama sebulan.
Namun hal
ini tidaklah menunjukkan bahwa pelaksanaan qunut nazilah hanya terbatas selama
sebulan, karena dalam hadits Abu Hurairah (ra) riwayat Bukhari-Muslim, juga
hadits Bara bin Azib, Hifaf bin Ima' riwayat Muslim serta hadits Anas bin Malik
riwayat Ibnu Khuzaimah dan hadits-hadits lainnya menjelaskan dalam bentuk umum
dan tidak menunjukkan batasan sebulan.
Maka dapat
dibuat kesimpulan bahwa qunut nazilah tetap dilaksanakan sampai musibah
tersebut diangkat dari kaum muslimin. Dan ini merupakan fatwa dari Syaikh Abdul
Muhsin Al-Abbad Hafidzahullah.
WAKTU QUNUT
NAZILAH
Dari
hadits-hadits yang menjelaskan tentang qunut nazilah dapat diambil kesimpulan
bahwa petunjuk Nabi SAW dalam pelaksanaan qunut, yaitu beliau melakukan qunut
nazilah pada seluruh shalat-shalat wajib dan beliau lebih mengutamakan
pelaksanaannya pada shalat Maghrib dan Subuh. Akan tetapi beliau tidak
melakukan qunut setiap hari pada seluruh shalat lima waktu sekaligus.
Ini
merupakan fatwa dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -- rahimahullah. Qunut
nazilah dapat dilaksanakan sebelum ruku' atau setelah ruku' di dalam shalat
tersebut. Akan tetapi pelaksanaannya setelah ruku' lebih banyak dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Dua cara ini dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
hadits-hadits beliau yang mulia.
Biasanya doa
Qunut Nazilah diawali dengan pembacaan doa Qunut seperti biasa oleh Imam Shalat
berjamaah. Lalu sesudah itu barulah sang Imam memimpin doa yang lebih spesifik
berkenaan dengan penderitaan saudara-saudara kita di Gaza. Doa Qunut yang biasa
berbunyi sebagai berikut:
نْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنَا فِيمَنَ عَافَيْتَ ، وتَوَلَّنَا
فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَ
وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنَا شَرَّ مَا
قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلا يُقْضَى عَلَيْكَ ،
وَإِنَّهُ
لا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ
- “Ya Allah, berilah kami petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Selamatkanlah kami dalam golongan orang-orang yang Engkau telah pelihara. Uruslah kami di antara orang-orang yang telah Engkau urus. Berkahilah kami dalam segala sesuatu yang Engkau telah berikan. Hindarkanlah kami dari segala bahaya yang Engkau telah tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan bukan yang ditentukan. Sesungguhnya tidak akan jadi hina orang yang telah Engkau lindungi. Engkau wahai Rabb kami adalah Maha Mulia dan Maha Tinggi.” (HR. Thabrani 3/123)
Sesudah itu
barulah Imam berdoa sambil diamini oleh jamaah. Doa spesifik ini bisa berbeda
antara satu Imam dengan Imam lainnya. Ia boleh mengembangkannya sendiri. Yang
penting isinya adalah mengharapkan kebaikan bagi fihak kaum muslimin dan
kekalahan atas fihak musuh yang menganiaya atau memerangi kaum muslimin. Di
antaranya ia bisa berbunyi seperti di bawah ini:
اللَّهُمَّ
أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ الْمُسلِمِين اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَاننَاَ
الْمُسلِمِين وَ المُجَاهِدِينَ فِي فِلِسْطِين اللَّهُمَّ ثَبِّتْ إِيمَانَهُمْ
وَ أَنْزِلِ السَّكِينَةَ عَلَى قُلُوبِهِم وَ وَحِّدْ صُفُوفَهُمْ
اللَّهُمَّ
أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ اللَّهُمَّ دَمِّرِ الْيَهُود وَ
إِسْرَآئِل
وَ شَتِّتْ
شَمْلَهُم وَ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ انْصُرْ المُجَاهِدِينَ عَلَى
أَعْدَائِنَا أَعْدَاءَ الدِّين بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّحِمِينَ وَصَلَّى
اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ
- “Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin. Ya Allah, tolonglah kaum Muslimin dan Mujahidin di Palestina. Ya Allah, teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka. Ya Allah, hancurkanlah kaum kuffar dan kaum musyrikin. Ya Allah, binasakanlah kaum Yahudi dan pasukan Israel dan cerai-beraikanlah kesatuan mereka. Ya Allah, menangkanlah kaum Mujahidin atas musuh kami musuh agama dengan RahmatMu, Wahai Yang Maha Pengasih. Dan sampaikanlah Shalawat kami kepada Nabi Muhammad.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar